Setiap orang selalu ingin menjadi seorang pemenang. Namun masalahnya apakah setiap orang tau bagaimana karakter seorang pemenang yang sejati? Jangan-jangan kita sudah merasa telah memiliki karakter seorang pemenang tapi ternyata masih melekat sifat-sifat seorang pecundang sejati dalam diri kita. Untuk itu kenalilah perbedaan diantara keduanya.
Pemenang selalu menjadi bagian dari solusi;Pecundang selalu menjadi bagian dari masalah.
Pemenang selalu memiliki program;
Pecundang selalu memiliki alasan.
Pemenang selalu mengatakan, “Akan saya lakukan untuk Anda”;
Pecundang mengatakan, “Itu bukan tugas saya.”
Pemenang melihat jawaban atas setiap permasalahan;
Pecundang melihat masalah dalam setiap jawaban.
Pemenang mengatakan, “Memang susah, tapi tetap ada kemungkinan”;
Pecundang mengatakan, “Memang ada kemungkinan, tapi itu terlalu sulit.”
Ketika seorang pemenang melakukan kesalahan, ia mengatakan, “Saya salah.”;
Ketika seorang pecundang melakukan kesalahan, ia mengatakan, “Bukan salah saya.”
Seorang pemenang membuat komitmen;
Seorang pecundang membuat janji.
Pemenang memiliki impian;
Pecundang memiliki rencana kotor.
Pemenang mengatakan, “Saya harus melakukan sesuatu”;
Pecundang mengatakan, “Sesuatu harus dilakukan.”
Pemenang adalah bagian dari team;
Pecundang terpisah dari team.
melihat manfaatnya;
Pecundang melihat penderitaannya.
Pemenang selalu mencari hikmah dibalik seiap kejadian
Pecundang selalu menyesali apa yang terjadi.
Pemenang melihat kemungkinan;
Pecundang melihat masalah.
Pemenang percaya pada prinsip win & win solution.
Pecundang percaya bahwa agar bisa menang, seseorang harus kalah.
Pemenang melihat potensi;
Pecundang melihat masa lalu.
Pemenang memilih apa yang mereka katakan;
Pecundang mengatakan apa yang mereka pilih.
Pemenang menggunakan argument yang kuat dengan kata-kata yang lembut;
Pecundang menggunakan argument yang lemah dengan kata-kata yang kuat.
Pemenang berpegang teguh pada nilai dan berkompromi terhadap hal-hal kecil;
Pecundang berpegang teguh pada hal-hal kecil dan berkompromi terhadap nilai.
Pemenang menuruti filosofi empati: “Jangan lakukan pada orang lain hal-hal yang tidak kamu ingin mereka lakukan terhadap kamu”;
Pecundang mengikuti filosofi, “Lakukan pada orang lain sebelum mereka melakukannya padamu.”
Pemenang membuat segala sesuatunya terjadi;
Pecundang membiarkan segala sesuatunya terjadi.